Barangkali Anda telah menyadari adanya perubahan cuaca…
Mungkin musim kemarau saat ini terasa lebih panas dan kering dari sebelumnya. Atau hujan turun lebih deras dan datang pada waktu yang berbeda dibandingkan dengan yang terjadi di masa kanak-kanak kita dulu. Mungkin banjir lebih sering melanda, tanah longsor semakin sering terjadi, atau bahkan kasus kebakaran semakin merajalela.
Iklim adalah pola cuaca yang terbentuk selama jangka waktu yang panjang. Indonesia beriklim tropis. Pada iklim tropis, secara umum panas terjadi sepanjang tahun, dan terdapat dua musim: musim kemarau dan musim penghujan.
Di belahan dunia mana pun, manusia merasakan adanya perubahan iklim. Saat ini, sebagian besar ahli setuju bahwa perubahan ini akibat ulah manusia.
Udara di sekitar kita, yang disebut atmosfer, terdiri dari banyak gas. Sebagian disebut sebagai “gas rumah kaca” (GRK). Gas rumah kaca membuat panas matahari terperangkap di atmosfer, sehingga bumi menjadi cukup hangat bagi manusia, hewan, dan tumbuhan untuk hidup.
Tetapi jika terlalu banyak gas rumah kaca, maka bumi akan bertambah panas. Suhu udara dan suhu air laut akan meningkat. Pola hujan bisa berubah. Es di negara beriklim dingin mencair, dan permukaan air laut akan naik.
Kenyataan inilah yang terjadi pada bumi kita saat ini.
Gas rumah kaca itu bersifat alami. Namun banyak kegiatan manusia yang telah menambah jumlah gas rumah kaca ini. Sebagian besar perubahan iklim disebabkan gas rumah kaca yang disebut karbon dioksida. Karbon dioksida banyak dihasilkan melalui pembakaran bahan bakar fosil, seperti gas, minyak bumi, atau batu bara. Bahan bakar fosil digunakan untuk berbagai macam tujuan, yaitu:
Karbon dioksida terbentuk dari karbon dan oksigen. Kita membutuhkan oksigen untuk bernafas. Karbon adalah elemen utama dari seluruh kehidupan ini. Karbon juga terdapat dalam bahan bakar fosil, seperti minyak bumi dan batu bara.
Pepohonan dan tanaman mengambil karbon dioksida dari atmosfer. Mereka menyimpan karbon dan melepaskan oksigen melalui proses fotosintesis. Proses inilah yang mendukung adanya kehidupan bagi manusia dan hewan. Ketika pepohonan dan tanaman ditebang, penyerapan karbon dioksida pun berhenti. Penggundulan hutan, terutama saat pepohonan membusuk atau terbakar, akan menyebabkan lepasnya karbon dioksida kembali ke atmosfer. Jika laju pelepasan karbon dioksida lebih cepat dibandingkan dengan laju penyerapan karbon dioksida melalui proses fotosintesis, jumlah gas rumah kaca di atmosfer akan meningkat.